CINTAMI : 2009133340
DOSEN PENGASUH :
CATUR PAMUNGKAS S.pd
E-mail : ndut_chig@yahoo.co.id
RELIEF
PULAU SULAWESI
Pulau
Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan Sunda Besar bila ditilik
dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis Wallace
berada di sepanjang Selat Makassar,
yang memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman es.
Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 jazirah
yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi lengan jazirah,
yang beberapa di antaranya mencapai ketinggian diatas 3.000 meter diatas
permukaan laut; tanah subur, ditutupi oleh hutan tropik
lebat (primer dan sekunder).
Sulawesi
dilintasi garis katulistiwa di
bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau Sulawesi
berada di belahan bumi selatan. Di bagian utara, Sulawesi dipisahkan dengan
pulau Mindanao - Filipina
oleh Laut Sulawesi
dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh Laut Flores.
Di bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh Selat
Makassar, suatu selat dengan kedalaman laut yang
sangat dalam dan arus bawah laut yang kuat. Di bagian timur, pulau Sulawesi
dipisahkan dengan wilayah geografis Kepulauan Maluku dan Irian oleh Laut Banda.
Pulau
Sulawesi merupakan habitat banyak satwa langka dan satwa khas Sulawesi; di
antaranya Anoa, Babi Rusa, kera Tarsius.
Secara geologik pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan
kerak bumi lempeng Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia,
Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik.
Saat ini pulau Sulawesi
secara administratif pemerintahan terbagi atas 6 provinsi yaitu:
PROSES
TERBENTUKNYA PULAU SULAWESI
Profesor John A. Katili,
ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi bahwa
terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan
Sulawesi bagian Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh
tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi Timur bersama
Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan bagian dari
lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat yang selempeng dengan pulau-pulau
Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi menjadi salah
satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
Sederhananya boleh dikata
bahwa busur Sulawesi Barat lebih vulkanis, dengan banyak gunung berapi aktif di
Sulawesi Utara dan vulkan mati di Sulawesi Selatan. Sedangkan busur Sulawesi Timur,
tidak ada sisa-sisa vulkanisme, tapi lebih kaya mineral. Sumber-sumber minyak
dan gas bumi dari zaman Tertiary tersebar di kedua busur itu, terutama di Teluk
Tomini, Teluk Tolo, Teluk Bone, serta di Selat Makassar.
Perbedaan geomorfologi
kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan topografi yang
bergulung gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti barisan gunung
lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung
lain. Kurang lebih seperti kalau taplak meja disorong dari beberapa sudut dan
arah sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan pemandangan seperti di
Jawa, Sumatera, atau Kalimantan, di mana gununggunung seperti kerucut
dikelilingi areal persawahan atau hutan sejauh mata memandang. Kecuali di
Sulawesi Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang), kita sulit menemukan
hamparan tanah pertanian yang rata.
Sederhananya, Sulawesi
adalah pulau gunung, lembah, dan danau, sementara dataran yang subur, umumnya
terdapat di sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan pulau
Sulawesi. Ekologi yang demikian ikut menimbulkan begitu banyak kelompok
etno-linguistik. Setiap kali satu kelompok menyempal dari kelompok induknya dan
berpindah menempati sebuah lembah atau dataran tinggi di seputar danau,
kelompok itu terpisah oleh suatu benteng alam dari kelompok induknya, dan lewat
waktu puluhan atau ratusan tahun, mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi
yang khas ini menyebabkan pinggang Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di
provinsi Sulawesi Selatan, bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan
Donggala di provinsi Sulawesi Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi
Barat sangat kaya dengan berbagai jenis bahan galian.Batubara terdapat di
sekitar Enrekang, Makale, dan Sungai Karama.
Juga di Sulawesi Barat
sebelah utara, dimana terdapat tambang batubara dan banyak jenis logam tersebar
di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel terdapat di sekitar Danau-Danau
Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi bercampur nikel, yang diduga berasal
dari meteor, memungkinkan lahirnya pandai besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan
Rompong di hulu Sungai Kalaena (Luwu Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu
Timur), yang ilmunya ditularkan ke pandai besi asal Toraja, yang selanjutnya
menularkannya ke pandai besi Bugis. Guratan besi-nikel itu dikenal sebagai
pamor Luwu atau pamor Bugis oleh empu penempa keris di Jawa, dan membuat
Kerajaan Luwu kuno dikenal sebagai pengekspor besi Luwu. Di masa kini, salah
satu pusat
konsentrasi pandai besi Toraja letaknya di lereng Sesean, gunung tertinggi di Tana Toraja. Bijih emas pun banyak terdapat di pinggang Sulawesi, karena biasanya mengikuti keberadaan bijih tembaga.
konsentrasi pandai besi Toraja letaknya di lereng Sesean, gunung tertinggi di Tana Toraja. Bijih emas pun banyak terdapat di pinggang Sulawesi, karena biasanya mengikuti keberadaan bijih tembaga.
Berikut skema terbentuknya
Pulau Sulawesi :
EOSEN ( 65-40 juta tahun
yang lalu )
Proses pembentukan pulau
Sulawesi yang unik telah melalui proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari
sebuah kejadian apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2
daratan yaitu cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal
kaki Sulawesi Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa
bergerak ke barat menuju Borneo ( sekarang bernama Kalimantan ). Proses
tumbukan akibat apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai
terkumpul menjadi satu daratan baru.
MIOSEN ( 40-20 juta tahun
yang lalu )
Pada zaman ini pergerakan
lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi
perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk
akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa
yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya ( daratan utara dan selatan ).
Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga
menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan
pengendapan yang berbeda.
PLIOSEN ( 15-6 juta tahun
yang lalu )
Hingga
zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan
hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu
berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak zaman Miosen masih terus
berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari kawasan di
sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok
batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan
yang berbeda.
PLITOSEN ( 4-2 juta tahun
yang lalu )
Pada zaman ini mulai berlangsung
fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra di laut antara Kalimantan
dan Sulawesi ( sekarang dikenal dengan selat Makasar ). Pemekaran dasar samudra
ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi purba. Dan pulau Sulawesi purba
ini kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di
atas lempeng benua adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun konsisten
dengan laju beberapa centimeter pertahun.
Diperkirakan
juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir
Pliosen (3 Ma. yang lalu) yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru
membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang
menunjang pendapat ini. Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar
memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan
sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam periode permukaan laut rendah, mungkin sekali
pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di daerah sebelah barat Majene dan
sekitar gisik Doangdoang.
Di
daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai 100 m. akan menyebabkan
munculnya daratan yang bersinambungan antara Kalimamantan tenggara dan Sulawesi
barat daya. Biarpun demikian, suatu pengamatan yang menarik ialah bahwa garis
kontur 1000 m di bawah laut di sebelah timur Kalimantan persis sama dengan
garis yang sama di Sulawesi barat, sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya
jauh lebih sempit. Sulawesi meliputi tiga propinsi. geologi yang berbeda-beda,
digabung menjadi satu oleh gerakan kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut
adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh patahan utara barat laut
antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula
yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut,
Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang kenyataannya merupakan
bagian Propinsi Maluku).
Pergerakan
kerak bumi pada lempeng Indo-Australia dan Pasifik yang mengarah ke utara
bertemu dengan pergerakan lempeng Eurasia yang cenderung ke arah selatan.
meskipun pergerakan kerak bumi sangat kecil, yaitu sekitar 5 hingga 7
sentimeter per tahun, namun sangat berpengaruh terhadap aktivitas tektonik
kerak bumi. Perubahan letak ini nantinya bakal mengakibatkan struktur lempeng menjadi
labil dan rapuh.
Dari
sejarah geologi, daratan Sulawesi terbentuk akibat adanya aktivitas tektonik.
Dengan pengaruh pergerakan ketiga lempengan yang ada, membentuk struktur
geologi dan pulau-pulau yang begitu rumit dan beriringan.
Dari
sesar-sesar yang ada, terdapat sesar aktif yang sewaktu-waktu bergerak.
Aktifnya sesar ini apabila dipicu pergerakan lempeng yang melepaskan energi
relatif besar. Salah satunya akan berakibat terjadinya gempa tektonik yang
kemudian disusul tsunami.
1. Karakteristik
Pulau Sulawesi
Pulau
Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat
busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya mengarah ke Asia
tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap ke
Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut
berpola terbalik atau inverted arc.
Pulau
Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan
Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin
Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut
Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000 m.
Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m).
Sebagian
besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara
sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif
lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan
orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai
berikut :
- Orogenese di bagian Sulawesi Utara
- Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
- Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
A. Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi
lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu
– Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc.
Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis
dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain
termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
B. Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian
sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai
berikut :
- Jalur Timue disebut Zone Kolonodale
- Jalur Tengah disebut Zone Poso
- Jalur Barat disebut Zone Palu
Jalur
Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan
lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk Tomori.
Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.
Jalur
Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini
merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur.Dibagian Utara
Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah
ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist
yang kaya akan muscovite.
Jalur
Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano – diorite,
crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga
endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi, di
Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo. Dari Teluk Mandar – Palopo
ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan – Sulawesi. Daerah jalur Barat
ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan
merupakan satuan sebagain Inner Arc.
C.
Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara
garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu (Zone bagian
barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari tangan
Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan dan
lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan
Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak. Walaupun demikian
diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan
(di Selatan D. Tempe) banyak
kesamaannya
dengan P. Jawa dan Sumatera sedangkan ujung selatan lengan tenggara lebih
banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan Group Tukang Besi.
2. Geologi
sulawesi
Secara
geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena
merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia timur
dan system pegunungan sunda ).Sehingga, hamper seluruhnya terdiri dari
pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau-
pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100) Secara rinci fisiografi sulawesi
adalah sebagai berikut :
- Lengan Utara Sulawesi
Pada
lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek
geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
- Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
- Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto :
- Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian ( Sutardji ; 2006 : 101 )
2. Lengan Timur
Lengan
timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga
bagian. Tiga bagian tersebut adalah
- Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama
- Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bunku.
- Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101 )
- Lengan Tenggara
Batas
antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah
gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan
lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
- Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada ntara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.
- Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
- Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
- Lengan Selatan
Bagian
sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit
dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis
timurlaut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis
bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih
dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji, 2006
: 103 ).
Fisiografi
lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene
yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan
Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk
Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan
ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini
dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau
seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya lengan ini
mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara.
Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian
diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan
oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan
pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke
utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar
terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai
Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah
baratnya menurun sampai palung Bone
3. Sulawesi Tengah
Keempat
lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh
garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan
timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan
lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona
yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan
(Sutardji, 2006:104).
Ketiga
zona tersebut adalah :
- Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.
- Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.
- Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji, 2006:104).
Berdasarkan
geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan
afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini
banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum (Smith
and Silver, 1991 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan pada lengan selatan
di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan
gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas
tepi bagian timur daratan sunda (Katili 1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26).
Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas
volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan
metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di
lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri
atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis
merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu
tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan
Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng
Eurasia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar