NAMA; ALPIN GOMARIS
NIM; 2009.133.564
EMAIL; alvingomaris@yahoo.com
alvingomaris@gmail.com
NIM; 2009.133.564
EMAIL; alvingomaris@yahoo.com
alvingomaris@gmail.com
GAMBARAN UMUM
Provinsi
Papua merupakan Provinsi yang paling luas wilayahnya dari seluruh Provinsi di
Indonesia. Luas Provinsi Papua ± 410.660 Km2 atau merupakan ± 21% dari luas
wilayah Indonesia. Lebih dari 75% masih tertutup oleh hutan-hutan tropis yang
lebat,
dengan ± 80% penduduknya masih dalam keadaan semi terisolir di daerah pedalaman
(bagian tengah Papua). Jumlah penduduk 2,3 Juta Jiwa dengan kepadatan penduduk
5,13 orang per Km2 .Secara geografis berada diantara garis meridian 0’19’ -
10045 LS dan antara garis bujur 1300 45 - 141048 BT yang membentang dari Barat
ke Timur dengan silang 110 atau 1.200
Km.
Dengan
demikian daerah Papua berada didaerah yang beriklim tropis dengan cuaca yang
panas dan lembab d daerah pantai, serta cuaca dingin dan bersalju pada bagian
yang tertinggi di daerah pegunungan Jayawijaya.
SEJARAH
Menurut
perjalanan sejarah tanggal 13 Juni 1545 Ortis de Retes (pelaut Spayol)
menemukan dua pulau La Sevillana dan La Callega yang aslinya dan sampai saat
ini disebut Supyori dan Baik. Dan pada sore harinya menemukan satu pulau lagi
yang kemudian diberi nama Los Martyre, sekarang ini disebut pulau Numfor,
ketiga pulau tersebut berada di bagian utara Papua.
Setelah
melanjutkan perjalannya, beberapa hari kemudian tiba di muara sungai Bei yang
oleh de Retes diberi nama San Augustin (disebelah Timur Sungai mamberamo.
Setelah mendarat Ortis de Retes menancapkan bendera Spanyol dan memproklamirkan
tempat ini kemudian memberi nama Nova Guinea; dalam bahasa Spanyol Nova artinya
baru dan Guinea artinya tanah atau tempat.
Disebut
sebagai Nova Guinea karena Guinea di Afrika adalah merupakan daerah jajahan
Raja Spanyol yang pertama (lama) dan Guinea yang diketemukan oleh de Retes di
Pasifik ini adalah merupakan tanah jajahan Raja Spanyol yang baru.
Kemudian
pada waktu pemerintahan Belanjda diberinama Nederland New Guine, yang
kemudianberubah menjadi Papua Barat; pada masa integrasi dengan Indonesia
dirubah menjadi Irian Barat, kemudian
Irian Jaya dan pada tanggal 26 Desember 2001 diganti dengan Provinsi Papua
sehubungan dengan diberlakukannya Otonomi Khusus bagi Provinsi ini.
Topografinya
sangat bervariasi mulai dari yang sangat tinggi (Puncak Jaya 5.500 m, Puncak
Trikora 5.160 m dan Puncak Yamin 5.100) sampai dengan daerah rawa (lembah
sungai Digul di selatan dan lembah sungai Mamberami di sebelah utara).
Secara
garis besar topografi di Papua terdiri dari: zone utara, kondisinya mulai dari
dataran rendah, dataran tinggi sampai pegunungan dengan beberapa puncak yang
cukup tinggi (dataran rendah Mamberamo, pegunungan Arfak): zone tengah (central
high land) merupakan rangkaian pegunungan dengan puncak yang diliputi salju dan
dataran yang cukup luas (Puncak Jaya, Lembah Jayawijaya); zone selatan, pada
umumnya terdiri dari dataran rendah yang sangat luas (dari teluk Beraur sampai
Digul fly depression)
Beberapa
danau besar dan potensial diantaranya Danau Sentani di Kabupaten Jayapura,
Danau Paniai dan Danau Tigi dan Danau Wagete di Kabupaten Paniai, Danau Ayamaru
di Kabupaten Sorong, Danau Anggi di kabupaten Monokawari, serta danau-danau
kecil lainnya yang terbesar di daerah pedalaman Papua, merupakan potensi yang
dikembangkan untuk prasarana perhubungan maupun penyediaan perikanan untuk gizi
masyarakat serta pengembangan pariwisata.
provinsi
Papua merupakan wilayah Republik Indonesia yang paling Timur dan berbatasan langsung
dengan Negara Papua New Guinea, dan berdekatan dengan benua Australia serta
diapit oleh samudra Indonesia dan samudra Pasifik.Dengan demikian Papua
mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis baik nasional maupun
internasional.
I K L I M
Keadaan
iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah. Pada saat musim panas
di dataran Asia (bulan Maret dan Oktober) Australia mengalami musim dingin,
sehingga terjadi tekanan udara dari daerah yang tinggi (Australia) ke daerah
yang rendah (Asia) melintasi pulau Papua sehingga terjadi musim kering terutama
Papua bagian selatan (Merauke).
Sedikitnya
pada saat angin berhembus dari Asia ke Australia (bulan Oktober dan Maret)
membawa uap air yang menyebabkan musim hujan, terutama Papua bagian utara,
dibagian selatan tidak mendapat banyak hujan karena banyak tertampung di bagian
utara.
Keadaan
iklim Papua termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan sangat bervariasi
terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya.
Curah
hujan bervariasi secara lokal, mulai dari 1.500 mm sampai dengan 7.500 mm
setahun. Curah hujan di bagian utara dan tengah rata-rata 2000 mm per tahun
(hujan sepanjang tahun). cuaca hujan di bagian selatan kurang dari 2000 mm per
tahun dengan bulan kering rata-rata 7 (tujuh) bulan.
Jumlah
hari-hari hujan per tahun rata-rata untuk Jayapura 160, Biak 215, Enarotali
250, Manokwari 140 dan Merauke 100.
KEADAAN TANAH
Luas
daerah Papua ± 410.660 Km2, tetapi tanah yang baru dimanfaatkan ± 100.000 Ha.
Tanahnya berasal dari batuan Sedimen yang kaya Mineral, kapur dan kwarsa.
Permukaan tanahnya berbentuk lereng, tebing sehingga sering terjadi erosi.
Sesuai
penelitian tanah di Papua diklasifikasikan ke dalam 10 (sepuluh) jenis tanah
utama, yaitu (1) tanah organosol terdapat di pantai utara dan selatan, (2)
tanah alluvia juga terdapat di pantai utara dan selatan, dataran pantai,
dataran danau, depresi ataupun jalur sungai, (3) tanah litosol terdapat di
pegunungan Jayawijaya, (4) tanah hidromorf kelabu terdapat di dataran Merauke,
(5) tanah Resina terdapat di hampir seluruh dataran Papua, (6) tanah medeteren
merah kuning, (7) tanah latosol terdapat diseluruh dataran Papua terutama zone
utara, (8) tanah podsolik merah kuning, (9) tanah podsolik merah kelabu dan
(10) tanah podsol terdapat di daerah pegunungan.
Tanah
yang potensial untuk tanah pertanian antara lain (a) tanah rawa pasang surut
luasnya ± 76.553 Km2, (b) tanah kering luasnya ± 58.625 Km2.
PENDUDUK
Penduduk
asli yang mendiami pulau Papua sebagian
besar termasuk ras suku Melanesian, karena ciri-ciri seperti warna kulit,
rambut, warna rambut yang sama dengan penduduk asli di bagian utara, tengah dan
selatan yang memiliki ciri-ciri tersebut.
Di
bagian barat (Sorong dan Fak Fak) penduduk di daerah pantai mempunyai ciri yang
sama dengan penduduk di kepulauan Maluku, sedangkan penduduk asli di pedalaman
mempunyai persamaan dengan penduduk asli di bagian tengah dan selatan.
Selain
penduduk asli di Papua terdapat juga penduduk yang berasal dari daerah-daerah
lainnya seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku:
yang berada di Papua sebagai Pegawai Negeri, ABRI, Pengusaha, Pedagang,
Transmigrasi dan sebagainya, bahkan juga ada yang dari luar Indonesia, misalnya
Amerika, Perancis, Jerman dan lain-lain yang berada di Papua sebagai
Missionaris dan Turis.
FLORA
Dari
seluruh daerah Papua ± 75% tanah daratanya ditumbuhi oleh hutan-hutan tropis
yang tebal serta mengandung ragam jenis kayu yang terbesar secara heterogen.
Sebagian besar dari hutan tersebut sesuai topografi daerah belum pernah dijamah
oleh manusia.
Jenis
flora di Papua ada persamaan dengan jenis flora di benua Australia. Adapun
jenis flora yang terdapat di Papua adalah Auranlaris, librocolnus, grevillea,
ebny-dium dan lain-lain.
sekitar
31 Juta ha di Papua penata gunanya belum ditetapkan secara pasti Hutan lindung
diperkirakan seluas ± 12.750.000 ha. Hutan produksi diperkirakan ± 12.858.000
ha. Areal pengawetan dan perlindungan diperkirakan ± 5.000.000 ha. Daerah
Inclove diperkirakan ± 114.000 ha, daerah rawa-rawa dan lain-lain diperkirakan
± 2478.000 ha.
Di
Papua terdapat flora alam yang pada saat ini sedang dalam pengembangan baik
secara nasional maupun internasional yaitu sejenis anggrek yang termasuk di
dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.
Anggrek
alam Papua tumbuhnya terbesar dari pantai lautan rawa sampai ke pegunungan.
Umumnya hidup sebagai epihite menembel pada pohon-pohon maupun di atas
batu-batuan serta di atas tanah, humus di bawah hutan primer.
FAUNA
Seperti
halnya dengan flora, keadaan di Papua pun bermacam-macam dalam dunia hewan
misalnya, jenis yang terdapat di Papua tidak sama dengan jenis hewan di
daerah-daerah di Indonesia lainnya seperti Kangguru, kasuari, Mambruk dan
lalin-lain. Demikian pula sebaliknya jenis hewan tertentu yang terdapat di
Indonesia lainnya tidak terdapat di Papua seperti Gajah, Harimau, Orang Utan
dan lain-lain.
Fauna
di Papua terdapat persamaan dengan fauna di Australia, misalnya Kangguru,
Kus-kus dan lain-lain.
Burung
Cendrawasih merupakan burung yang cantik di dunia dan hanya terdapat di Papua.
Selain burung Cendrawasih terdapat jenis burung lainnya seperti Mambruk,
Kasuari, Kakauta dan lain-lain yang memberikan corak tersendiri untuk keindahan
daerah ini.
Hewan-hewan
yang langka dan dilindungi adalah burung Kakatua Putih, Kakatua Hitam, Kasuari,
Nuri, Mambruk dan lain-lain yang termasuk burung Cendrawasih
Jenis
fauna laut Papua juga banyak dan beraneka ragam, misalnya ikan Cakalang, ikan
Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya.
geologi
papua
Papua
adalah sebuah Provinsi terluas indonesia yang terletak di bagian tengah pulau
papua atau bagian paling timur West New Guinea . Belahan timurnya merupakan
negara Papua Nugini atau East New Guinea. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh
wilayah Papua bagian barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat
terutama oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), para nasionalis yang ingin
memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini
Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada di
bawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat
sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh
Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang
tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002
Berikut
ini jabaran terperinci mengenai kondisi geologi Irian:
a.
Tektonik Setting Pulau Irian
Geologi
di wilayah ini sangat kompleks karena kawasan ini terbentuk dari dua interaksi
lempeng yaitu lempeng Australia dan lempeng pasifik sehingga menghasilkan
bentukan yang khas. Dan periode pembentukannya lebih dikenal dengan Orogenesa
Melanesia. Orogenesa ini mengakibatkan pola struktur irian jaya menjadi sangat
rumit dan khas. Secara keseluruhan unsur ini diakibatkan oleh gaya pemampatan
berarah barat daya-timur laut, searah dengan tumbukan Dow, drr (1984).
Ada
dua bagian kerak utama yang terlibat di Irian Jaya yaitu kraton australia dan
kerak pasifik. Yang pertama adalah mantap dan menjadi dasar bagian selatan,
sedangkan yang kedua merupakan alas pantai utara (termasuk teluk cendarwasih,
dow, drr, 1982)(gb.1). daerah badan burung merupakan jalur memanjang dari timur
ke barat yang telah mengalami pelipatan. Jalur ini disebut sesar naik
pegunungan tengah (JSNPT).
Awal
Miosen merupakan masa orogenesa Melanesia. Pada masa itu proses tektonik di
daerah ini mulai terpacu sehingga menghasilkan kedudukan tumbukan yang kearah
barat daya yang lebih intensif. Pertumbukan di kedua mendala tersebut
mengakibatkan mendala JSNPT membengkok dan berhenti di daerah leher burung.
(jalur lipatan lengguru)(gb 1, daerah 2). Bersamaan dengan ini terbentuklah
kepala burung yang khas itu (gb. 1, daerah 1). Bagian yang sangat menonjol dari
tatan tektonik ini adalah sistem sesar mendatar (transform fault) mengiri yaitu
sesar sorong-yapen, terutama segmen lateral yang melibatkan ratusan kilometer
batuan yang terseret.
B.
Stratigrafi Irian Jaya
Geologi
Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusan
utama yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan (c)
batuan campuran dari kedua lempeng (gb.1 ,daerah 3). Litologi yang terakhir ini
batuan bentukan dari orogenesa Melanesia. Batuan yang berasal dari kraton
Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan malihan berderajat rendah
dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan
ini berumur palaezoikum akhir, secara selaras ditindih oleh sedimen paparan
mesozoikum dan batuan sedimen yang lebih muda , batuan vulkanik dan batuan
malihan hingga tersier akhir. (dow, drr,1985). Singkapan yang baik dan menerus
dapat diamati sepanjang daerah batas tepi. Utara dan pegunungan tengah.
Batuan
lempeng pasifik umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan ultrabasa,
tuf berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura
batuan mesozoikum lainnya yang berasal dari kerak samudera seperti batuan
ultramafik (kompleks ofiolit) dan batuan plutonik berkomposisi mafik. Kelompok
batuan ini tersungkupkan dan terakrasikan di atas kerak kontinen Australia
karena bertumbukan dengan lempeng pasifik. Keadaan ini membentuk pola
pegunungan kasar di daerah pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit
membantang kearah timur barat sejauh 400 km dan lebih dari 50 km lebar (dow dan
sukamto,1984, lihat stratigrafi.
C.
Mendala struktur daerah irian jaya
Irian
jaya bagian timur
Jalur
Sesar Naik New Guinea (JSNNG)
(JSNNG)
merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah
tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di
daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai
jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona
interaksi antara lempeng Australia dan pasifik. Lebih dari setengah bagian
selatan New guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasikan dari kerak
benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup mamberamo.
Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh sesar naik
foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen
melanesia.
Jalur
sesar naik pegunungan tengah (JSNPT)
JSNPT
merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km,
menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak
benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan
alas yang berumur perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen
laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat
kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT
ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar
sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat
dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan
beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami
pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut
lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal
pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga menandai kerak
yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the mamberamo
thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
Jalur
sesar naik mamberamo
Jalur
sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan
sesar geser (shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan
batuan kerak pasifik yang ada di bawahnya. William, drr (1984) mengenali daerah
luas dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar sungkup
dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan radius seluas
50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton lumpur ini biasanya
mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri dari lempung
terkersikkan dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran fragmen
beberapa milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif
dan membentuk teras-teras sungai.
Irian
jaya barat
Zona
sesar sorong
Batas
lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang
dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen . Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan
pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan
oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan
beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh. Zone
sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan
sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di utara
sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga
anomali positif tinggi.
Hal
ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima
kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta,
terdiri dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
Perederan
beberapa ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh
Visser Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak Miosen Tengah.
Kejadian ini didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau
berumur Jura-Kapur yang telah terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang
ada disebelah timurnya (lihat pergeseran sesar Wandamen dibagian Timur) dan
hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang berumur Miosen
Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati (Visser &
Hermes, 1962)
Zona
Sesar Wandamen
Sesar
Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke Utara
dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke Barat
daya pantai sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher
burung. Geologi daerah Zona Sesar Wandamen terdiri dari batuan alas berumur
Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan dan batuan sediment yang berasal dari
lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar sampai
ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan
isoklinal.
Perubahan
zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya
sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat
(allochtonous) yang tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas
satuan ini diendapkan kelompok batu gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen
dan Sesar Sungkup lainya di zona ini merupakan bagian dari barat laut JSNPT.
Jalur
Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)
Jalur
Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative rendah
jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan
oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya
tersusun oleh batu gamping New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini
menempati daerah segitiga leher burung dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km
dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian utara. Termasuk di daerah ini
adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara selaras ditindih
oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah
mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan
thin skin deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher
burung. Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona
perlipatan dan meningkat kearah timur laut yang berbatasan dengan zona Sesar
Wandemen (Dow, drr.,1984)
JLL
adalah thin slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah barat
daya diatas kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique subduction).
Jalur ini telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi bagian
tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Dow drr
(1985) menyarankan pengkerutan kerak (crustal shortening) ini sebesar 40-60 km.
diperkirakan proses pemendekan tersebut masih berlangsung hingga sekarang.
Jalur JLL di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar
Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup
kemungkinan bahwa jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang
melibatkan batuan alas akibat gaya berat memampat
A.
Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-baratlaut sepanjang Central
Range. Diakhiri sesar mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi oleh pegunungan
tengah masif dan central range. Daratan di sebelah utara berupa cekungan
intramountain yang dinamakan Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh
pegunungan yang dibentuk oleh metamorfisme dengan relief yang sedang.
Central range: berupa plateau dengan lebar
sampai dengan 100 km yang memanjang dari danau Paniai di barat sampai daerah
perbatasan Papua Nugini. Dilihat dari peta geologi, terlihat bahwa sebagian
besar terdiri dari batuan yang terlipat dan Grup Batuganping Nugini.
Glasiasi: gejala erosi glasiasi berupa
cirques dan lembah berbentuk U. Banyak ditemui moraines di bagian utara main range
dan mungkin juga diendapkan di sayap selatan tetapi sudah terpindahkan oleh
erosi yang intensif di daerah yang terjal.
Danau Paniai: dibentuk oleh sesar dan
berasosiasi dengan bidang perlengkungan yang membendung air dari sungai Jawee.
Pegunungan Ofiolit: terletak di antara
Central Range dan Meervlakte berkomposisi batuan plutonik basa dan ultra basa
sepanjang lebih dari 300 km.
Meervlakte: merupakan cekungan
intramountain dan dataran aluvial sepanjang 300 km dan lebar 50 km yang
mengalami subsiden aktif sejak Miosen Tengah sampai sekarang, dengan kecepatan
subsiden lebih cepat daripada sedimentasi Umumnya berupa swamp yang disalurkan
oleh sungai Idenburg dan meander Ruffaef
B.
Leher burung: ditandai dengan perubahan arah struktur dari barat timur (tubuh)
menjadi N-NW (leher).
Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk
sabuk yang umumnya tersesarkan dan berupa antiklin.
Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara
dekat punggungan batuan metamorf. Punggungan memiliki sistem drainase tertutup
mengikuti sayap punggungan.
Weyland Range: berupa pegunungan masif yang
menghubungkan bagian leher dengan tubuh burung.
C.
Kepala burung: terdiri dari batuan metamorf dan batuan granit. Bagian batuan
metamorf terpotong di bagian utara dan NE oleh lembah linier bidang erosi di
Sorong dan sesar Ransiki. struktur sesar berarah barat-timur
Secara
geomorfologi di bagi menjadi:
Satuan morfologi perbukitan: daerah tengah
dan utara, penampakan morfologi: bagian yang bergelombang.
Satuan morfologi perbukitan dengan pola
kelurusan dan gua-gua: bagian tengah peta, berupa karst.
Satuan morfologi dataran: daerah datar
hingga agak bergelombang lemah dengan ketinggian kurang dari 100 m dpl.
Geologi
Irian Jaya dapat dibagi menjadi 3 mandala geologi utama, yaitu Kontinental,
Oceanik dan Transisional.
Mandala Kontinental tersusun atas sedimen
kraton Australia
Mandala Oceanik tersusun atas batuan
ofiolit dan kompleks volkanik busur kepulauan sebagai bagian dari Lempeng
Pasifik.
Mandala Transisional merupakan daerah yang
mengandung batuan metamorf regional dan terdeformasi kuat, sebagai produk
interaksi antara dua lempeng.
Secara
litotektonik, Irian dapat dibagi menjadi 4 mandala, yaitu:
New Guinea foreland/foreland basin (Arafura
Platform): mencakup Laut Arafura dan dataran pantai selatan yang terletak pada
Lempeng Australia. Terdiri dari sedimen Pliosen marin dan non-marin yang tidak
termetamorfkan dan sedimen Holosen silisiklastik yang menutupi karbonat
Kenozoikum dan batuan silisiklastik Mesozoikum.
Jalur perlipatan dan sesar naik Central
Range: tersusun atas jalur orogenik yang memanjang Barat-Timur. Jalur
perlipatan dan sesar naik melibatkan batuan Paleozoikum sampai Tersier yang
berasal dari benua Australia.
Jalur
metamorfik Ruffaer dan jalur ofiolit: jalur ofiolit Irian Jaya dan jalur
metamorfik Ruffaer dipisahkan oleh jalur sesar, jalur ofiolit Irian Jaya
ditutupi oleh aluvium yang berasal dari Depresi Meervlakte.
Kompleks busur kepulauan Melanesia. (Depresi
Meervlakte/cekungan pantai utara dan Jalur sesar naik Mamberamo).
Ada
3 model struktur dan tektonisme yang diajukan untuk menjelaskan tentang Irian
Jaya:
Model pembalikan polaritas subduksi
(pembalikan busur) (Dewey and Bird, 1970; Hamilton, 1979; Milsom, 1985; Dow et
al. 1988; Katili, 1991)yang menyatakan bahwa lempeng benua Australia menunjam
ke arah utara, diikuti tumbukan (collision) dan penunjaman Lempeng Pasifik ke
arah selatan pada Palung New Guinea.
Model Zippering (Ripper and McCue, 1983;
Cooper and Taylor, 1987)yang menyatakan bahwa di bagian timur pulau Irian,
terdapat dua subduksi lempeng samudera yang merupakan kemenerusan ke arah barat
dari subduksi lempeng Solomon.
Model perubahan sudut penunjaman yang
menyatakan bahwa subduksi Lempeng Australia berubah sudut penunjaman menjadi
vertikal tanpa pembalikan arah subduksi.
Persamaan
ketiga model tersebut di atas adalah bahwa semua menyatakan bahwa bagian
selatan dari Pulau Irian disusupi oleh batas lempeng pasif utara dari benua
Australia yang mengandung sedimen tebal dari sedimen silisiklastik Mesozoikum
berubah secara berangsur menjadi lapisan karbonat Kenozoikum.
Sedangkan
perbedaan utama yang terjadi adalah peristiwa tumbukan dengan busur kepulauan.
Berdasarkan perubahan dari sedimentasi
karbonat menjadi sedimentasi klastik yang luas akibat pengangkatan orogenesis,
tumbukan berawal sejak Miosen Akhir. (Visser and Hermes, 1966; Dow and Sukamto,
1984; Dow et al., 1988)
Berdasarkan umur batuan metamorf pada Papua
Nugini, tumbukan berawal sejak Oligosen Awal (Pigram et al., 1989; Davies,
1990)
Untuk menjelaskan hal ini, Dow et al.,
1988; mengajukan kemungkinan bahwa Irian merupakan hasil dari dua tumbukan yang
berbeda antara kontinen dan busur kepulauan, yaitu selama Oligosen dan selama
Miosen (Orogenesis Melanesia)
Quarles van Ufford, 1996 mengajukan
kemungkinan bahwa pada Pulau Irian terjadi dua peristiwa orogenesis yang
berbeda secara ruang dan waktu.
Orogenesis Kepulauan pada Eosen-Oligosen
terjadi pada daerah Ekor Burung pada bagian paling Timur dari Pulau Irian
(Nugini). Pembentukan dan erosi yang tercatat selama Oligosen dan sedimen
klastik yang lebih muda pada Aure Trough.
Orogenesis Central Range dimulai pada
Miosen Tengah dan menyebabkan penyebaran sedimen klastik yang luas. Orogenesis
ini dibagi menjadi tahap sebelum tumbukan dan tahap tumbukan. Tahap sebelum
tumbukan berkaitan dengan metamorfisme pada sedimen batas pasif, sedangkan
tahap tumbukan terjadi ketika pengapungan (buoyancy) litosfer Australia
menghentikan subduksi, deformasi melibatkan basement kristalin dari lempeng
benua Australia. Dilaminasi tumbukan terjadi antara 7-3 juta tahun yang lalu,
menyebabkan aktivitas magma tahap akhir dan pengangkatan pegunungan sebanyak
1-2 km. Proses ini memicu pergerakan sesar mendatar mengiri dengan arah
Barat-Timur yang mendominasi tektonik resen pada Pulau Irian bagian Barat.
Secara
umum struktur regional Irian Jaya dapat dibagi menjadi 3 zona struktur, yaitu:
Tubuh Burung: didominasi oleh struktur
berarah Barat-Barat Laut sepanjang Central Range (Jalur Mobil Nugini). Diakhiri
oleh sesar mendatar dengan arah Barat-Timur (Zona Sesar Tarera-Aiduna, TAFZ)
pada Leher Burung.
Leher Burung: didominasi oleh struktur
berarah Utara- Barat Laut (Jalur Perlipatan Lengguru, LFB), yang berhenti pada
tinggian Kemum pada daerah Kepala Burung.
Kepala Burung: didominasi oleh
struktur sesar berarah Barat-T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar